Selasa, 06 September 2011

berita tgl 14 juli 2011

angle 1


Komentar foto : Rizki, salah satu anggota kelompok bermain di Lorong Muhajirin sedang menyiram tanaman.

Menyiram Tanaman di Pagi Hari
Lebih hemat air, tanaman lebih kuat dan sehat, dengan menyiram di pagi hari.

Sobat Sayang Bunda, kegiatan Rizki, salah satu anggota kelompok bermain di RT.15 menyiram tanaman telah menyadarkan tim akan sebuah keteladanan. Keteladanan inilah yang mengusik tim Saybun untuk menelisik lebih dalam manfaat menyiram tanaman di pagi hari dan inilah hasil yang didapatkan.
Waktu yang paling baik untuk menyiram tanaman adalah di pagi hari, baik untuk memaksimalkan efisiensi penggunaan air dan juga untuk menghasilkan tanaman yang lebih sehat. Pagi hari cenderung lebih dingin, tanpa angin kencang, sehingga jumlah air yang hilang karena penguapan juga lebih sedikit dibandingkan siang hari.
Ya, mungkin kondisi di sore hari juga mirip, tetapi jika tanaman menjadi lembab semalaman, lebih mudah rusak oleh jamur dan mudah terserang penyakit tanaman yang disebabkan oleh bakteri. Idealnya, hindari penggunaan sprinkler alat penyiram tanaman yang menghabiskan banyak air dan membasahi daun secara berlebihan sehingga rentan terhadap pembusukan dan penyakit.
Para ahli merekomendasikan, penyiraman tanaman yang diatur frekuensinya untuk tanaman yang akarnya sudah kuat. Total air yang disiramkan setiap minggu berkisar 1 inch (termasuk air hujan). Penyiraman satu atau dua kali seminggu akan mendorong perkembangan akar yang lebih dalam. Untuk menghindari tingkat keterkejutan tanaman terhadap temperatur air yang disiram, gunakanlah air dengan temperatur yang mendekati temperatur udara. Air hujan yang dikumpulkan dalam ember, adalah air yang paling baik untuk disiramkan pada tanaman.
Pertumbuhan populasi yang tinggi dan perubahan iklim yang ekstrim telah menekan supplai air segar. Tampaknya, sekaranglah saatnya untuk lebih menghemat penggunaan air dibanding sebelumnya. Ayo hemat air dan jangan lupa menyiram tanaman di pagi hari!(rw/net)


angle 2
Komentar foto : Dani sedang asyik menyapu pekarangan sebuah rumah yang menjadi basecamp bermain ia dan teman-temannya.
Tersenyum Manis Saat Menyapu
Jarang ditemukan orang yang perduli terhadap kondisi alam semesta yang semakin renta. Kebanyakan dari kita hanya semakin memperburuk keadaan tanpa mengerti bagaimana cara yang baik untuk merawat bumi sehingga anak dan cucu kita bangga menerima curahan warisan dunia dari kita. Maka dari itu, ketika tim Sayang Bunda melihat Dani secara langsung menggunakan sapu untuk membersihkan pekarangan bermain, tim langsung mengacungkan 2 jempol.
Ya, di rumah yang cukup luas dengan cat warna hijau menyelimutinya. Pekarangan rumah milik seorang ibu berusia 47 tahun ini selalu digunakan sebagai basecamp utama ketika 8 kumpulan anak Lorong Muhajirin ingin bermain. Banyak sekali suka duka yang dirasakan. Mulai dari kecewa karena seringkali mereka mengotori pekarangan rumah hingga ikut berbahagia melihat canda tawa yang timbul saat permainan-permainan sederhana mulai dimainkan.
Sahabat Saybun, perasaan kecewa itu tak akan timbul hari ini. Karena suasana yang asri nan sedap dipandang mata timbul di rumah yang besar dan mewah ini. Mengapa demikian? Meskipun bukan anak kandung dari ibu pemilik rumah ini, Dani sudah menunjukkan teladan yang sangat baik. Sembari mengisi waktu liburnya yang akan segera usai, dara yang baru menginjak kelas 2 SD ini menyapu pekarangan rumah tempat dimana ia dan 7 teman lainnya akan bermain.
Ketika dimintai komentar mengapa ia mau menyapu pekarangan rumah yang dikelilingi aneka tumbuhan, anak sulung dari 2 bersaudara ini hanya diam saja. Dani hanya tersenyum manis sambil memegang sapu dan terus mengumpulkan sampah dedaunan kering disatu tempat. Apa ya yang ada dalam pikiran anak ini?(rw)

angle 3
Komentar foto : Sekelompok anak membakar sampah tanpa mengetahui efek apa yang akan ditimbulkan dari kegiatan yang mereka lakukan.
Membakar Sampah Bisa Dikenakan Sanksi
Menurut UU RI Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup pasal 69 ayat 1 disebutkan bahwa setiap orang dilarang melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup. Apabila melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/atau perusakan lingkungan hidup, maka orang tersebut akan dikenakan sanksi.
Berdasarkan pedoman inilah, tim Saybun berusaha menitipkan pesan singkat perihal kegiatan membakar sampah kepada 8 anak yang menghuni Lorong Muhajirin. Sebelum berpamitan, tim mengatakan, “ Sampah sebaiknya tidak dibakar namun ditimbun.” Hal ini perlu diberitahukan kepada mereka sebab kegiatan membakar sampah bisa menimbulkan bau yang tidak sedap dan asap yang akan menganggu si pembakar atau pun tetangga sekitar.
Beberapa anak-anak dari kelompok ini ada yang mengerti akan pesan tersebut, tapi sisanya masih cukup bingung. Sama halnya dengan masyarakat pada umumnya, kebanyakan dari kita memandang sampah sebagai barang yang tidak berguna. Hal ini harus diubah menjadi paradigma baru yaitu memandang sampah sebagai sumber daya yang bisa dimanfaatkan. Diketahui bahwa sampah memiliki potensi yang cukup banyak antara lain sampah dapat didaur ulang atau dijual kembali. Banyak pihak yang mencari sampah, sampah organik mendukung sektor pertanian dan sampah dapat pula dibuat karya seni.
Selain itu sampah juga sebaiknya tidak dibakar agar tidak menyebabkan kebakaran hutan dan sekitarnya. Salah satu contohnya adalah Hutan Haranggaol, Simalungun. Pada bulan Juni lalu telah terjadi kebakaran di hutan yang terletak di Sumatera Utara ini. Salah satu warga Bangun Seribu, warga yang tinggal didekat hutan itu mengaku, kebakaran disebabkan adanya pembersihan tanaman mangga oleh masyarakat dengan membakar sampah tanaman tersebut.
Nah sobat, dari beberapa informasi yang telah kit abaca tadi, maka yang perlu kita ingat bahwa janganlah kita membakar sampah, karena nanti bisa terkena sanksi, karena membakar sampah salah satu penyebab pemanasan dunia. Selain itu akan ada efek berbahaya lain yang secara tak terduga bisa timbul.(rw/net)

angle 4
Komentar foto : Anak-anak sedang bersiap untuk berlari.
Ayo Berlari!
Duduk diam sambil menunggu memang membosankan. Tapi tidak jika dilakukan sambil mengamati sebuah kegiatan. Yups, tim Sayang Bunda yang berkunjung ke rumah di Jalan Kenali Jaya No. 151 merasakannya. Apa hasil pengamatan tim ?
Pertama, berlari adalah sebuah bentuk melepaskan emosi, baik berbentuk kebahagiaan, kesedihan, kekecewaan, atau apapun itu. Mimik muka mereka lah yang mampu menjelaskan keadaan sebenarnya. Suka kah mereka dengan permainan ini atau bencikah mereka dengan salah satu permainan tradisional di Indonesia ini.
Permainan kejar-kejaran atau yang biasa kita sebut berlari, memang merupakan permainan yang simple, nggak mengeluarkan biaya, dan sekaligus menyehatkan sebab mengeluarkan keringat.
Tim menyadari, permaian tradisional ini tentunya sangat digemari semasa kecil. Sebuah pesan tersirat menjadi simbol didalamnya. Dengan berlari kita mengibaratkan suasana mengejar sebagai sebuah kesempatan yang baik untuk meraih dan menuju cita-cita sesungguhnya.
Coba kita ingat teknik berlari. Dimulai dengan start jongkok kemudian berlari kecil atau pelan. Ketika mendekati garis finish, kecepatan pelari akan memuncak. Ia akan melakukan sprint atau lari cepat sehingga akan sesegera mencapai garis akhir.
Tim percaya sebuah kondisi ini mengajarkan kedewasaan secara emosional yang tentunya diperlukan oleh setiap anak untuk tumbuh kembang dengan baik. Sehingga memupuk jasmani dan rohaninya dengan benar.
Sobat, kedelapan anak yang lucu dan imut-imut ini jarang sekali berkomentar atau sekedar berbagi pendapat bersama tim. Mereka hanya menyuarakan kalimat-kalimat ajakan sebagi bentuk interaksi diantara mereka.
“Ayo!” ucap salah satu anak laki-laki dalam kelompok itu. “Kejar aku!” kata yang lain menambahi.(rw)

angle 5
Komentar foto : Terlihat seorang anak dengan antusias bermain mercon dan sisanya agak takut. (Kalo bisa tolong gunakan 2 foto)

Bolehkah Bermain Mercon?
Bermain mercon? Bolehkah kita bermain mercon? Sesungguhnya bermain mercon itu sah-sah saja asalkan saat memainkannya kita sudah dalam keadaan siap. Lalu apakah anak yang usianya masih dibawah 11 tahun boleh memainkannya? Tentu saja dianjurkan untuk tidak memainkan permainan beresiko ini.
Di desa Kenali Besar , tim menemukan sekelompok anak yang sedang bermain mercon. Ada yang dengan antusias, ada yang setengah takut lalu memberanikan diri, ada yang hanya melihat-lihat sambil ikut berteriak awas, ada yang menikmati sambil duduk tersenyum dan menjauh, bahkan muncul perdebatan kecil untuk tidak memberi yang paling muda kesempatan bermain mercon. Mereka berpendapat si bungsu belum mampu.
Lalu bagaimana dengan orang tua selaku orang yang lebih mampu dalam segala bidang ketimbang mereka yang masih kanak-kanak? Tentunya, orang tua akan sangat was-was ketika mendengar bunyi duar hasil ledakan petasan yang dimainkan. Seperti yang dilakukan oleh salah satu orang tua kelompok bermain ini.
“Nur, pulang!” teriak ibu sang anak. “Nanti, Bu,” balas Nur. “Cepat pulang, Nur. Nur.”
Sobat Saybun, percakapan di atas menunjukkan bagaimana kekhawatiran orang tua kepada anaknya. Tentunya orang tua selalu menjaga agar hal-hal jelek tak terjadi pada putra-putrinya. Jadi, anak-anak perlu lebih banyak mendengar orang tua. Jangan melulu menuruti keinginan sendiri. Apalagi untuk kasus satu ini. Ingat bermain mercon itu berbahaya!(rw)

angle 6
Komentar foto : Fajar sedang berjaga saat bermain sumputan. Setelah itu Fajar dan teman-teman duduk di ayunan untuk curhat satu sama lain.
Curhat dan Berbagi Pendapat
Ternyata nggak hanya remaja aja ya yang doyan curhat. Anak-anak seumur jagung juga ternyata doyan. Seperti yang dilakukan oleh Rizki, Fajar, Eko, Alpin, Dani, Puspa, Ia, dan Nur. Sembari duduk bersantai menyudahi permainan sumputan, mereka asyik ngobrol tentang boy band SM*SH.
“Aku tu Rafael,”celetuk fajar mengawali pembicaraan. “Aku Bisma be,” sambung Rizki. “Kau tu mano tau sapo be anggota SM*SH,” tambah Fajar. “Tau lah, Bisma, Rafael, eumm,” Rizki ikut menambahi. “Eee, ada Morgan, Rangga, Rafael, Dicky, Reza, Ilham, Bisma, itu yang benernyo,” Fajar melengkapi.
Tak hanya bercerita boy band, mereka juga bercerita tentang pengalaman ke Ancol, membicarakan cita-cita, membicarakan mobil, bentuk transportasi umum yg disukai anak-anak, dan masih banyak lagi.
Nggak lupa. Masalah makanan dan pelajaran di sekolah pun ikut mewarnai suasana curhat mereka. Terakhir, tim mendengar kalimat tantangan yang berbunyi, “Kata aku sudah besar mau jadi pilot, kalo kamu mau jadi apa?”(rw)

UTAMA
Komentar foto : Nur sedang memamerkan mercon, sesaat sebelum bermain mercon, salah satu kegiatan yang dimainkan 1 hari ini.
Satu Hari Bersama 8 Anak Hebat
Jambi- Pada tanggal 7 Juli 2011 lalu, tim Saybun alias Sayang Bunda mengunjungi salah satu perkampungan di daerah Kenali Besar, dekat Pemancar Indosiar. Tim bertemu dengan sekelompok anak-anak hebat yang mengisi waktu liburan mereka dengan melakukan hal-hal yang bermanfaat. Meskipun rata-rata usia mereka sekitar 6-10 tahun, mereka telah bisa menyisihkan 1 hari berharga di masa liburan mereka hanya untuk 7 kegiatan spesial. Apa saja 7 kegiatan anak-anak yang menghuni Lorong Muhajirin ini? Yuk, kita simak pembahasannya.
Kegiatan pertama yang dilakukan oleh salah satu anggota perkumpulan adalah menyiram tanaman. Yups, seorang laki-laki kecil dengan senang hati menyiram tanaman. Tentunya tidak hanya hari ini saja menyiram tanaman. Hampir setiap hari selama masa liburannya, Rizki selalu tak lupa untuk menyiram tanaman. Patut diacungkan jempol deh untuk anak cowok berusia kurang lebih 6 tahun ini yang dengan penuh keikhlasan peduli pada keadaan alam dan berusaha untuk mewujudkan keindahan semesta. Semoga teman-teman yang lain bisa mencontoh sikap anak bungsu dari 2 bersaudara ini supaya bumi kita semakin menghindari yang namanya Global Warming.
Selanjutnya, Dani nggak mau kalah. Hanya berbekal sapu lidi, kakak kandung Rizki mulai membersihkan pekarangan rumah, tempat dimana mereka biasa bermain. Ya, Dani menyapu seluruh penjuru rumah dengan sangat gesit. Tentu saja, alhasil pekarangan rumah pun menjadi bersih dan asri. Rencana untuk menghabiskan waktu dengan melakukan 7 kegiatan dalam satu hari ini pun serasa menyenangkan. Walaupun anak-anak ini tidak terlalu merasakan efeknya, tetapi tim Saybun cukup merasakan perbedaan antara sesaat sebelum disapu dan setelah disapu. Tim salut deh dengan Dani yang juga telah membuktikan bentuk kepeduliannya terhadap alam dengan cara menyapu pekarangan rumah. Tim yakin melalui hal-hal kecil sekalipun akan menimbulkan perubahan yang berarti. Apalagi dilakukan sejak dini pula.
Well, setelah berhasil menyelesaikan pekerjaan menyapu pekarangan, Rizki, Eko, Fajar, Dani, dan Puspa mulai merencanakan untuk membakar sampah. Sebenarnya tim agak bingung apakah sebaiknya sampah dedaunan yang telah dikumpulkan pada satu tempat ini layak dibakar atau tidak. Sebab hasil pembakaran dedaunan yang kering ini akan menimbulkan polusi udara. Tim Saybun sempat berencana untuk mencegah aksi pembakaran sampah. Namun karena ini adalah 1 hari spesial milik mereka, maka tim tak akan menganggu sedikit pun. Nanti setelah selesai menghabiskan waktu bersama mereka, maka tim Saybun akan menjelaskan beberapa hal yang perlu diperbaiki.
Tak puas telah menyelesaikan 3 misi pertama, salah satu dari mereka membisikan sesuatu, berusaha untuk memberi petunjuk. Setelah ditunggu beberapa saat, ternyata mereka berlalu begitu saja meninggalkan salah satu tim Saybun. Kemanakah mereka? Tim sempat bingung. Namun, kebingungan itu lekas hilang karena pecahnya suara canda tawa 8 anak tadi. Wah, sungguh kejutan yang luar biasa sebab mereka bermain kejar-kejaran.
Seusai lelah berlari kesana kemari, 8 anak yang terdiri dari Rizki, Eko, Fajar, Dani, Puspa, Ia, Nur, dan Alpin bergegas menuju ke sebuah warung kecil dipojok jalan. 4 bungkusan kecil secepat kilat mereka ambil. Tak lupa lilin dan korek segera mereka siapkan untuk memulai prosesi kegiatan selanjutnya. Tiba-tiba bunyi duar terdengar dan barulah tim Saybun sadar bahwa kami sedang dalam suasana bermain mercon. Ada yang sangat antusias memainkannya, adapula yang dengan setengah takut, setengah berani mengikuti teman lain untuk membakar mercon.
Cukup lama kami menghabiskan waktu untuk kegiatan kelima ini. Bagi tim, permainan ini merupakan kegiatan kedua yang akan menjadi poin penting untuk dibicarakan bersama dengan 8 anak yang rumahnya tak saling berjauhan di Lorong Muhajirin. Sejak dimulainya kegiatan membakar sampah sampai ke bermain mercon, tim mengamati beberapa efek yang belum diketahui oleh mereka. Mungkin, kedelapan anak ini belum mampu berfikir lebih jauh mengenai bahaya-bahaya yang akan ditimbulkan dari dua kegiatan yang telah dijalani beberapa saat lalu.
Benar saja! Menjelang akhir bermain mercon, salah satu orang tua dari 8 anak ini memanggil putrinya. Tentunya orang tua tersebut mengkhawatirkan putrinya ketika bermain mercon. Seolah tak mendengar panggilan ibunya, Nur, nama anak itu tetap asik bermain mercon bersama 7 teman lainnya. Sesaat kemudian ia dijemput oleh abangnya. Permainan pun berakhir dan 7 orang teman Nur mengikutinya, berpindah tempat bermain menuju rumah Nur.
Beberapa saat tim menunggu di rumah pertama. Sekedar memastikan tidak ada hal-hal negatif yang cukup mempersulit keadaan. Tak berhenti hanya karena sedikit gangguan, 8 anak yang masih sangat rentan akan hasutan ini melanjutkan kegiatan mereka. Yups, dikegiatan keenam ini, salah satu anggota kelompok telah siap menjadi seorang penjaga. Penjaga apa itu?
Ternyata Fajar menjadi penjaga pertama dalam permainan sumputan. Ya, permainan yang sudah tak asing ditelinga kita. Semasa kecil pun, kita baik itu sekarang telah menjadi orang tua, nenek, kakek atau apapun itu, pasti kita pernah bermain permainan tradisional ini.
Yang satu berjaga dan yang lain bersembunyi. Lumrah memang! Tetapi suasana menjadi kembali riuh dan penuh semangat. Seolah terik matahari yang panas menyengat tak mengusik kulit mereka sedikit pun. 1 orang selesai berjaga, maka yang lain harus menggantikannya. Tentu, hal ini dilakukan agar tak menimbulkan kecemburuan. Siapa yang telah mendapat giliran berjaga harus memberi kesempatan kepada yang lain untuk menggantikannya diposisi yang sama.
Menjelang sore kedelapan anak ini duduk santai di ayunan. Tim Saybun mengira mereka hanya beristirahat sejenak dan sebentar lagi akan pulang ke rumah masing-masing. Tapi ternyata tidak. Sebelum mereka mengakhiri 1 hari penuh bahagia ini, ada sedikit selingan curhat diantara mereka. Tim tak menyangka. Ternyata diusia yang masih sangat muda, anak-anak mampu membagi cerita mengenai pengalaman yang pernah terjadi diantara mereka.
Walaupun hanya obrolan kecil mengenai boy band yang lagi ngetrend, tetapi interaksi satu sama lain terjadi. Komunikasi secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan adanya timbal balik yang cukup baik diantara mereka. Sedikit menganggu, tim ikut bergabung menambahkan beberapa hal yang perlu ditekan dari 7 kegiatan hari ini. Tim tak hanya sekedar berkunjung lho! Tetapi tim juga berusaha memberi pesan agar kedelapan anak ini tumbuh dengan baik setelah melewati pengalaman berharga 7 Juli 2011 lalu. Hmm, tak hanya 8 anak RT. 15 yang membawa pulang pesan menarik dari 1 hari istimewa ini. Tim pun sadar bahwa ini adalah 1 hari penuh perjuangan yang luar biasa. Tim sadar, segala sesuatu yang baik jika dimulai sejak dini akan menimbulkan hasil yang luar biasa saat dipetik dimasa tua.(rw)

Tidak ada komentar: